Kamis, 09 Oktober 2014

Pindah

"Waktu adalah hal yang bisa menyapu dan mengantar segalanya. Baik kenangan, maupun perasaan. Baik hal-hal buruk, maupun hal-hal baik. Baik awal maupun kesudahan. Hanya saja, tak banyak manusia yang mau merelakan sedikit detik lebih lama untuk berproses, untuk berani melangkahi sesuatu yang teramat dicintai. Untuk berpindah dari satu pijakan ke pijakan lain yang terasa begitu asing—tapi sesungguhnya adalah rumah yang seharusnya. Karena dalam hidup ini, manusia selalu butuh berpindah. Pindah dari hal-hal yang salah, pindah dari perasaan-perasaan yang keliru. Namun, untuk melakukannya diperlukan keteguhan, dan manusia terlalu tidak sabar menjalaninya; terlalu tidak berani memilihnya" 
(Pindah; Ada Indah Di Setiap Pindah)

Pagi dan sekaleng susu putih, menikmati derit rel yang bergesekan dengan roda kereta, menikmati  peluh setelah membawa carrier 80 liter dan koper super besar, menikmati sebuah ke-pindah-an. Stasiun masih lengang, kedua sahabatku telah selesai melepasku pergi, melanjutkan perjalanan, mungkin pengembaraan, mengejar sesuatu yang menurut orang berakal sehat "tidak masuk akal" atau bahkan "gila". Menurut mereka, tapi bagiku dan orang-orang terdekatku yang mengenalku lebih dalam daripada hanya permukaan, mereka paham bahwa aku sedang mengejar mimpi yang bukan hanya akan memberi pengalaman luar biasa untuk kulahap seorang diri, tapi juga akan dicerna oleh anak-anak di desa antah berantah yang tidak terjamah hiruk pikuk kota, Insya Allah.

Pindah, istilah yang tiba-tiba sangat aku cintai setelah melumat habis Buku Pindah; Ada Indah Di Setiap Pindah. Bagaimana seseorang memang harus merelakan hal yang mereka cintai, tapi sesungguhnya bukan hal yang mereka impikan. Sesuatu yang bermula dari keterpaksaan berada di suatu kondisi, kemudian mereka mulai mencintai karena mereka menemukan kenyamanan, keluarga, dan bahkan kemapanan dari sebuah keterpaksaan tersebut. Tapi mereka lupa, mereka punya mimpi, dan butuh sebuah keberanian untuk berpindah dari perasaan-perasaan itu untuk menangkap mimpi yang selama ini mengendap. Aku, berhenti di satu titik balik, orang yang memilih untuk pindah dari hal-hal yang terlanjur dicintai dan disayanginya, pekerjaan, sahabat, dan kemapanan, untuk kembali mengejar mimpi, menjadi Pengajar Muda. Tidak mudah, memang! terlalu banyak kenangan yang harus dibawa pergi, terlalu banyak orang-orang yang perduli untuk ditinggalkan begitu saja, tapi aku harus pindah, mengejar dan menangkap mimpi yang selama ini kuabaikan demi sebuah materi. 

“Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam Syafii)” 

 

Aku merantau, dari semenjak remaja hingga telah menjadi wanita yang mungkin kedewasaannya pun masih perlu kupertanyakan, sesungguhnya. Bermula dari desa pesisir pantai utara menuju kota kabupaten untuk bisa mendapatkan pendidikan SMA yang layak. Bermula dari kota kabupaten menuju kota besar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Bermula dari satu kota besar menuju kota besar yang lain untuk mengumpulkan pundi-pundi uang agar hutang bapak lunas. Setiap perjalanan memberiku kerabat dan teman, setiap pemberhentian menyajikan banyak kenangan dan rasa cinta. 

Akhirnya, inilah pilihanku, berpindah dari zona nyamanku sekarang menuju zona baru yang lebih liar. Tangis dan sedih bukankah hal lumrah ketika kamu pindah? karena kamu akan meninggalkan kerabat dan teman, kamu akan membawa pergi seluruh kenangan bersama mereka. Tapi di suatu tempat persinggahanmu yang lain, kamu akan menemukan kerabat dan teman baru. Percayalah, jangan pernah takut untuk pindah, jangan pernah risau untuk merantau.


 

Rabu, 24 September 2014

Mr. Busy

Bicara tentang sahabat memang tidak akan ada habisnya. Mereka yang meramaikan dan menghidupkan duniamu. Terkadang masing-masing tidak akur, sok sibuk, dan asik bermain dengan dunia masing-masing, tapi selalu ada waktu untuk saling berbagi mimpi dan bercerita dengan dunia masing-masing.

Cerita keempat tentang seorang sahabat yang punya segudang kesibukan dan eksis di segala aktivitas dan organisasi. Lelaki satu ini seperti tidak pernah memiliki rasa capek, dia tidak pernah absen di setiap momen penting dan di setiap kegiatan. Jangan heran jika dia memiliki segudang teman dan relasi yang bertebaran di setiap jengkal Kota Yogya, bahkan di seluruh nusantara. Dia selalu jadi idola di setiap kegiatan yang diikuti, menurut cerita teman-temannya sih, kemudian dia akan besar kepala dan berkata "Seharusnya kamu senang punya teman seorang idola" --> zzzZz -abaikan statemen ini-.  Meskipun dia suka sok terkenal dan eksis, dia sangat perduli dan memiliki solidaritas yang tinggi dengan yang namanya "pertemanan". 

Perkenalkan sahabatku yang luar biasa, Drajad Sarwo Seto, yang telah menjelajah nusantara dan kawasan asia, mulai dari terjun dalam KPN sail morotai sampai program pertukaran pemuda antar negara (SSEAYP). Lelaki yang hobi travelling dan diving ini, akhirnya berhasil fokus untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Tahun ini (2014) dengan predikat sangat memuaskan. Meskipun manusia satu ini sok "iyes", aku memiliki kewajiban untuk mengucapkan banyak terima kasih padanya, karena telah banyak kurepotkan, terkadang dia juga merepotkan sih sebenarnya. Entah kapan kami mulai saling merepotkan? mungkin semenjak aku jadi asisten praktikumnya, mungkin semenjak kami memiliki proyek penelitian bersama, mungkin semenjak dia selalu membantu penelitian skripsiku, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Terima kasih karena tidak pernah henti berbagi cerita dan mimpi, karena selalu mengantarku kemana pun aku ingin pergi, karena selalu jadi booster saat semangatku rapuh. Wahai lelaki yang sok "iyes" semoga mimpi-mimpimu segera terwujud. =P




Selasa, 23 September 2014

Jantan Yang Kurang Maskulin

Hidup kadang seperti sebuah kotak hadiah, setiap fase memberikan kejutan demi kejutan yang membuat pengembaraanmu semakin meriah. Kamu tidak akan pernah tahu bentuk hadiah yang dipersiapkan Tuhan untukmu, kamu hanya perlu berikhtiar kemudian berdoa dan meyakini, selanjutnya biarkan Tangan Tuhan yang bertindak, membungkus kejutan untukmu. Bagiku, sahabat termasuk kejutan dari Tuhan, karena setiap kali aku hanyut dalam kelelahan, sahabat hadir untuk menarikku, karena setiap kali aku tertimbun diantara kesedihan dan keputusasaan, sahabat datang untuk menyapunya.

Dan inilah sisa malamku, kupersembahkan untuk menguliti sebagian dirimu yang selalu menemaniku. Dia adalah kerabat unimes yang paling muda, paling suka berpindah-pindah mood dan paling paham masalah orang dewasa dalam tanda kutip. Meskipun, dia tidak sejantan Mbob dan tidak semaskulin Mbot, dia tetap yang paling diandalkan masalah ke-lelaki-an dan pengetahuan yang dimiliki para lelaki. Terkadang dia sangat menyebalkan bagi kami, mood yang fluktuatif, satu waktu semangat dan tertawa lepas bersama kegilaan kami, namun dalam satu waktu yang lain bisa terdiam dan memasang muka bete.

Namanya Yogi Ariadenta, entah kapan dan kenapa kami dipertemukan dalam sebuah persahabatan? seperti halnya mengenal Mbob, semua adalah proses, proses menemukan dan ditemukan. Dulu, ketika lewat tengah malam, kami berempat akan berkumpul untuk mengisi amunisi perut, entah di Hokben, Burjo, atau McD, tergantung modal kantong. Saat-saat seperti ini adalah momen kuliah dewasa, Guru Besar Yogi akan menumpahkan segala pengetahuannya mengenai area dewasa secara membabi buta. Untuk urusan travelling, serahkan pada Yogi, Dia memiliki pengetahuan super luas mengenai masalah jalan-jalan.  Meskipun dia jantan yang kurang maskulin, tapi dia yang paling laku diantara kami berempat. Ketika kami masih menebak-nebak dan berusaha menemukan jodoh, dia sudah bisa menggandeng "pacar" kemana-mana. Nasibmu le tole, penak tenan

Episode kali ini, aku hendak mengucapkan beribu terima kasih untuk jantan kami ini, yang paling sering menyempatkan waktu untuk membaca dan mengkritisi tulisan amatirku, yang paling bisa mendengarkan kegalauanku karena masalah lelaki. Jangan nikah dulu ya lanang, tunggu aku balik dari penugasan.



Sabtu, 20 September 2014

Cewek Jantan

Gerbong kereta sesak dan cukup berisik untuk membuatku tetap terjaga. Sekejap terlelap, sekejap terbangun. Aku tidak akan mengeluarkan sumpah serampah, sepantasnya momen seperti ini dinikmati sebelum aku bertugas di lokasi penempatan yang jauh dari hiruk pikuk keramaian. Perjalanan malam ini akan membawaku bertemu dengan salah satu sahabat gila, sarap juga barangkali, Yunita Wulandari Suhadi Putri yang lebih eksis dengan panggilan MBOB. "Dia cewek? cowok? atau setengah-setengah? eh atau mungkin manusia jadi-jadian?".

Mari mengurai ingatan masa lalu ketika kami masih sepasang mahasiswa, ketika aku masih culun dan udik, ketika Mbob masih tomboi dan jantan. Kami bukan tidak sadar tentang keberadaan satu sama lain semasa menjadi mahasiswa baru, cuma aku tipe orang yang berhati-hati di Lingkungan baru dan pikiran yng terbersit pertama kali ketika bertemu wanita jantan ini "eh buset ini cewek, udah kayak laki, SKSD dan sok iyes banget, mirip preman pasar", entah dari sisi dia, mungkin dia berpikir "aduh ini cewek, udik dan kampung banget" --> (semoga kamu tidak benar-benar berpikir seperti ini ya mbob). Ternyata, pepatah "Don't judge the book by it cover" itu benar adanya, waktu dan kesempatan membawa kami semakin dekat dan entah bagaimana caranya kami paham, mengerti dan selalu ada satu sama lain. Empati dan simpati terbangun diantara kami dan harus diakui kalau gadis jantan ini memang yang paling pandai menyesuaikan sikap saat situasi tertentu dan rada waras diantara kerabat unimes yang lain, bisa dibilang pem-balance geng unimes.


Mbob jago bermain basket, usut punya usut ternyata dia punya tim basket sewaktu SMA. Meskipun, Mbob ini malas sekali belajar, membaca, dan mengerjakan tugas kuliah, Dia punya kemampuan otak yang luar biasa cerdas, mirip cenayang, tapi dijamin dia akan protes kalau aku bilang dia punya kemampuan macam dukun. Mbob lebih suka disebut miss holmes, karena kemampuannya mengumpulkan data dan informasi mengenai setiap gerak-gerik mencurigakan dari orang-orang di sekitarnya, ya mirip sedikit lah dengan detektif sherlock holmes. Selama kuliah, bukan diktat kuliah yang dia bawa, tapi buku sudoku yang selalu berhasil dia selesaikan dengan mulus. Mbob, wanita jantan dan tomboi yang telah berevolusi jadi wanita hampir feminin dan Insya Allah istiqomah menuju sholihah. Mbob yang sekarang telah berhasil menjadi kupu-kupu yang cantik ilmu agamanya dan rajin mengaji, meskipun begitu mbob tetaplah mbob, tetap wanita yang gila lagi sarap and you have to know that I love this part of you, Mbob. Thanks for many advice that you gave to me in difficult situation, always. 

Selasa, 16 September 2014

Gadis Melayu Dari Medan



Dia memang tidak selalu ramah sebagai sahabat, bahkan lebih cenderung ceplas-ceplos pedas dan tingkahnya kadang bikin naik sasak. Parahnya kami memiliki zodiac yang sama, lahir di bulan yang sama, bahkan tanggalnya pun sama. Bisa dibayangkan seperti apa responku setiap kali melihat tingkah lakunya? Aku berharap tidak seperti bercermin dan melihat tingkah polaku sendiri. Tenang, kami bukan saudara kembar, lahir dari rahim yang berbeda dan beruntungnya tahun kelahiran kami juga berbeda, aku lebih “dewasa” dari dia setahun hahaha. 

Perkenalkan saudara yang tidak serahim dan tidak sepersusuan, yang dipertemukan karena kegilaan kami yang terlampau absurd, Fitri Rahmadhani Rosha, gadis Melayu dari Medan yang cakapnya kadang harus direm paksa, tapi aku lebih suka memanggilnya “mbot”. Jadi, apa sesungguhnya yang membuat aku menyebutnya sebagai sahabat?

Kami tidak serta merta menyatu begitu saja, saling menemukan kegilaan adalah proses yang panjang. Kami hidup dan beraktivitas dalam satu naungan prodi, Manajemen Sumberdaya Perikanan, tapi kami tak saling kenal, asing. Hal ini berjalan selama setahun, atau mungkin lebih?. Sebuah perjalanan membawa kami pada banyak petualangan, perjalanan menuju Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu. Di sana kami menghabiskan banyak hari dalam satu atap, bahkan satu kamar. Kami saling membunuh jenuh dan penat yang kadang-kadang hinggap saat malam, entah bermain uno, kartu, dan macam-macam permainan yang pada akhirnya tetap aku yang selalu kalah. Perjalanan 30 hari tersebut membawa kami pada satu kesimpulan, kami menemukan “chemistry”. Bukan lawan jenis saja yang menemukan perasaan ini, untuk menjadi sahabat pun kamu harus bisa menemukan hal ini. Bukan berarti aku atau dia pemilih, tapi ada hal-hal yang terkadang perasaanmu yang memilih. Kami tidak selalu akur, bahkan lebih sering main smackdown daripada bergandengan, lebih sering adu cakap daripada menyanjung satu sama lain, tapi aku pribadi merasakan kejujuran dan ketulusan dari hubungan pertemanan kami. 

Gadis melayu berkacamata minus ini memang keras sih, tapi dia rajin beribadah dan tidak pernah melupakan Allah. Setiap kali dekat dia, rasanya aku malu, minder, imanku jadi ciut. Yah meskipun suka merepet dimana-mana, tapi dia tak segan membantu selama dia mampu. Polos sih, ehm atau lugu? Untuk hal-hal yang berkaitan dengan area dewasa, dia ini yang paling bego diantara kerabat unimes yang lain. Yogi sebagai rektor unimes yang telah kami kukuhkan, harus sering-sering mentransfer pengetahuan kepada mbot. Setiap jam 10 pagi, dia paling suka menonton tayangan FTV di SCTV, kalau malam menjelang dia suka nyalain TV dan membiarkan TV yang menontonnya tidur dan terdampar di bawah lantai. Gadis melayu ini amat sayang kepada keluarganya, suka tiba-tiba nangis setiap rindu umi atau ayahnya. “No body’s perfect”- dia tetap yang juara untuk banyak hal, meskipun tidak sempurna. 

And the last paragraph, I wanna say “Domo arigatou gozaimasu” for the everything that you gave to me, friendship and the other little family. Terima kasih untuk banyak perjalanan dan kisah yang sudi kamu torehkan di kehidupanku yang tidak hebat ini, dan kamu berhasil membuatnya lebih seru. Terima kasih untuk semangat dan motivasi yang selalu menyala ketika aku hampir redup, meskipun kadang-kadang apimu rapuh dan hampir padam ditiup angin hahaha. Terima kasih ya mbot dan maaf lho nama baikmu tercabik-cabik di blog ini.


Minggu, 14 September 2014

Prolog Untuk Episode September

Sahabat, memang tidak mudah menyematkan gelar tersebut ke setiap orang yang kamu temui. Seluruh manusia di sekitarmu bisa menjadi seorang teman, tapi tidak seorang sahabat. In my perspective, sahabat itu adalah semacam saudara yang tidak diikat oleh darah, DNA, atau asal muasal rahim yang sama. Sahabat hadir karena keterikatan emosional yang entah kenapa menyatukan empati dan simpati satu sama lain, kemudian turut hadir bersamanya sebentuk kepedulian, pengorbanan dan pengertian. Sahabat tidak selalu damai dan tentram, terkadang mereka tidak sepaham, lantas adu ego masing-masing, namun mereka selalu punya jalan untuk kembali dan bersama-sama menjelajahi banyak dunia, lagi. Satu hal lagi, sahabat tidak pernah tinggal diam untuk menyelamatkanmu dari keterpurukan, bagaimana pun caranya mereka berusaha membuatmu bangkit dan menyadarkanmu kembali. 
So, I've decided that episode tulisanku di Bulan September ini adalah ungkapan-ungkapan rasa terima kasihku untuk para manusia yang berhasil menyatukan emosionalku bersama mereka, yang dengan kesungguhan hati, kusematkan gelar "sahabat" untuk mereka. Satu tulisan untuk satu nama. 

Salam Sayang Tak Berujung



Safia
Rabu, 03 September 2014

E-Mail Keramat (1)

        Mendekati batas, hampir menyerah pada kekuatan doa dan sudah pasrah barangkali. Sebelum tidur, sepulang kerja, bahkan saat berangkat kerja aku sempatkan untuk membuka e-mail, menunggu loading masuk yahoo yang lumayan lama karena sinyal yang turun naik tak stabil. Kebiasaan ini dimulai setelah mengikuti seleksi tahap 2 Indonesia Mengajar. Yap...ini mimpiku, jangan panggil ini pengorbanan, melainkan panggilan hati. Satu dari sekian banyak hal yang aku tuang dalam dream book beberapa tahun lalu, lengkap dengan simbol IM (Indonesia Mengajar) di halamannya. Tapi email keramat tersebut tak kunjung datang, sedangkan kawan-kawan seperjuanganku telah menerimanya. Di grup facebook telah ramai percakapan seputar medical check up, di beberapa status mereka terpasang kebanggaan dan kesiapan mengabdi untuk negeri. Aku mulai layu dan separuh semangatku berevaporasi, "Allah, aku telah berikhtiar semampuku, sekarang doaku, aku tak mengharuskan aku lolos, karena ini menyangkut amanah besar yang seharusnya dengan alasan dan niat tulus tanpa embel-embel kemanfaatan pribadi. Jadi, kuserahkan segala keputusan kepadaMu, karena Engkau yang lebih tahu apa yang disembunyikan hatiku", selesai dan aku mulai belajar ikhlas.
Beberapa hari kemudian, setelah kebiasaanku menanti loading masuk situs yahoo mulai berkurang, aku iseng menilik inbox yahoo dan taraaaaa "email keramat" terselip diantara email notification yang berjubel, undangan medical check up. Sampai pada tahap medical check up tak berarti aku akan lolos mengikuti pembekalan dan menjadi pengajar muda, tapi disinilah kembali niat dan kemantapan hati tiba-tiba mulai goyah, keteguhan hati kembali diuji dan keraguan pada kemampuan diri mulai menyusup.

       Sampai pada akhirnya, aku berada di tengah manusia-manusia yang tulus, yang menghujani begitu banyak semangat, yang tak pernah sekalipun bertatap muka tapi tetap tak segan untuk memberiku kemudahan dalam menjalani MCU di Jakarta. Sekali lagi Allah, aku ingin tetap berada di tengah mereka, aku ingin mengabdi dan membangun banyak mimpi di tengah belantara bersama mereka. Bolehkah? *saat-saat menunggu email keramat hasil MCU*

E-Mail Undangan MCU

Senin, 25 Agustus 2014

Metamorfosis Mimpi

      Tuhan tidak pernah membodohimu dengan mimpi yang cuma mengendap jadi mimpi di pusara pikiranmu. Tuhan membiarkan pikiran liarmu menjelajah sebebasnya, karena Tuhan mempercayaimu atas mimpi-mimpi tersebut. Kamu yang menentukan apakah mimpi-mimpi itu akan keluar dari ruang pengap pikiranmu, bermetamorfosis menjadi kisah nyata yang hadir di setiap penghujung proses dan perjalananmu. Tuhan melihatmu dan mengamatimu, Dia turut campur bersama ikhtiar dan doamu, bukan bonus cuma-cuma dengan hanya melipat tangan di dada. Tuhan mengizinkan karena kamu mengusahakan, percayalah sejauh apapun kamu berputar, menikung, berbelok, asalkan kamu tetap percaya dan berusaha mewujudkan mimpimu, perjalanan akan membawamu kembali kepada mimpimu.
      "Hidup dimulai dengan bermimpi. Setiap proses yang dilangkahi untuk mendekati pencapaian mimpi. Semacam metamorfosa mimpi menjadi realita. Terkadang kita melalui jalan setapak yang tak searah dengan mimpi kita. Perjalanan semakin jauh, semakin berputar. Namun, selama kita memegang erat mimpi kita, tak ada gang buntu, tak ada jurang pemutus jalan. Barangkali kita hanya berputar untuk mencapai dan menjemput mimpi kita yang sebenarnya. Maka bermimpilah sebebas dan seluas pikiranmu menjelajah". (Safia, 2010)
      Catatan ini bukan untuk menghambur-hamburkan kesombongan atas pencapaian-pencapaian mimpi yang akhirnya berhasil menjadi kupu-kupu. Catatan ini untuk menumbuhkan kepercayaan para pemimpi yang hampir kehilangan jejak-jejak mimpinya, yang mungkin sekarang separuh semangatnya telah menguap kemudian tumpah bersama hujan Bulan Agustus. Semoga setelah membaca catatan tentang mimpi yang sederhana ini, para pemimpi dapat memunguti kembali semangat dan kepercayaannya yang telah berserakan.
    Buku dengan sampul berwarna pink ini merupakan buku yang menemani perjalananku mulai dari SMA. Aku menyebutnya "Dream Book", di dalamnya aku mencatat satu per satu mimpi dan hal-hal yang ingin aku lakukan dalam hidup ini. Mulai dari sini, aku menyuntikkan begitu banyak kepercayaan kepada mimpi-mimpiku, bahwa pada suatu hari mimpi itu akan menjadi kupu-kupu.
Dream Book
g
              Mimpi yang terlampau berani kala itu, seorang gadis desa yang otaknya tidak cerdas dan tidak punya uang untuk mengupgrade otaknya dengan bimbel berkualitas. Demi mewujudkan mimpi ini, aku menahan nafsu jajan setiap hari, menyisihkan sebagian uang untuk fotocopy buku latihan ujian nasional dan seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Setiap hari mengesampingkan hiburan demi menggenjot suplai ke otak dan mengejar ketertinggalannya dari teman-temannya. Dan, percayakah? Tuhan tidak pernah tidur, aku menjadi mahasiswa Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada Tahun 2008.
              Berhasil menjadi mahasiswa bukan berarti perjuanganku selesai, mimpi-mimpi terus dicatat dari satu halaman ke halaman yang lain. Ikhtiar demi ikhtiar diupayakan agar tetap bisa bertahan mengejar ilmu, pengetahuan dan pengalaman di universitas. Aku dan kedua orang tuaku bahu membahu membiayai pendidikan dan kehidupanku di Tanah Rantau, mulai dari menjadi buruh setrika, trainer outbond, pengajar les privat, penjual kue, asisten laboratorium, asisten peneliti, surveyor lepas, hingga beasiswa, semua jalan halal ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana. Dan, percakah? Tuhan tidak pernah tidur, aku mendapat gelar Sarjana dengan predikat Cumlaude tepat sesuai rencana Februari 2013.


          Hobi menulis menghidupkan mimpi liarku untuk menjadi seorang penulis dan membuat sebuah buku. Tuhan membimbingku pelan-pelan di setiap coretan dan tulisanku selama bertahun-tahun, sampai akhirnya seluruh tulisan tersebut terkumpul menjadi sebuah antologi dan sekarang menjadi sebuah buku berjudul Kompilasi Rasa yang merupakan kumpulan puisi, prosa dan cerita. Meskipun masih jauh dari kesempurnaan, buku ini akan menjadi penyemangat untuk terus berkarya dan mencetak buku- buku selanjutnya yang lebih baik dan bermutu.


           Tuhan memang tidak pernah tidur, sekali lagi mimpiku diizinkan untuk bermetamorfosa menjadi kenyataan, menjadi seorang pengajar muda yang mampu berbagi pengetahuan, pengalaman dan mimpi kepada anak-anak di belantara hutan. Anak-anak yang juga merupakan bagian dari Indonesia, namun tidak mendapatkan hak pendidikan sebagaimana anak-anak Indonesia pada umumnya. Meskipun, pengumuman Medical Check Up belum keluar, semoga kali ini Tuhan kembali mengizinkan mimpiku hidup dalam kenyataan.


"Mimpi adalah bentuk lain akan kepercayaanku pada Tuhan, bahwa Dia telah menitipkan kemampuan padaku untuk mencapainya" -Deisra-








Kamis, 17 April 2014

Our 18 April

Gelap menggerayangi jam dinding
Detik demi detik merayap tanpa bayangan
Kulumpuhkan seluruh lampu
Karena aku enggan melewati pergantian usia
Tanpamu

Tapak jejakmu terlalu absurd
Tak dapat kujangkau
Lengkinganmu mendadak sunyi
Seperti labirin tanpa ujung

Usiamu
Usiaku
Berlalu begitu saja
Melompat dari gumpalan kenangan ke gumpalan yang lain

Dimensi ruang dan waktu tak lagi seirama
Tapi denyut nadi dan nafasku
Membumbung bersama derap langkahmu
Rapalan doa terurai tak pernah lepas
Untuk tiap mimpi yang menggerutu di balik punggungmu

Selamat Berganti Usia, Teman
Selamat Menyusuri Perjalanan tanpa batas
Terima Kasih tetap setia menunggui pergantian usia bersamaku
Meskipun kita tak lagi tegak di tanah yang sama
Terima kasih atas tangan yang sudi menggandengku 
Saat hujan, saat badai, bahkan saat kemarau

Terima kasih









Minggu, 30 Maret 2014

Dear Kalian, Saudara

        Hari tak bisa lagi ditawar, begitu pula detik yang memburu, waktu sedang menghitung mundur. Lembayung sore menyipit, dikejar malam dan gelap, suatu waktu nanti aku tak akan dapat lagi menikmati adegan dramatis ini di depan teras bersama kalian. Kalian yang selalu berhasil menyembuhkan pesakitan ini dari masa lalu, kalian yang selalu berhasil meleburkan aku dalam tawa, kalian yang selalu berhasil menawan rindu tentang rumah dan bau laut, kalian yang akan selalu berhasil menguapkan sedih tentang banyak hal. Tapi inilah hidup, tentang menerima dan melepas, tentang datang dan pergi, tentang pertemuan dan perpisahan. Empat bulan sudah lebih dari cukup untuk menamparku bahwa keluarga tak melulu tentang pertalian darah, tapi tentang ikatan yang tak mampu dijabarkan hanya dengan menggunakan sepenggal rantai basa nitrogen dalam DNA. Banyak hal yang ingin aku luapkan kepada kalian, tapi bibir kelu. Kalian yang telah beradu dalam duniaku yang sekejap: 

  • Idha Pristyani 
Terima kasih telah menjadi teman yang tak hanya dalam suka tapi juga duka. Terima kasih selalu cerewet ketika aku malas menggosok gigi, malas bersih-bersih, malas mandi, dan malas makan siang. Terima kasih telah memberiku kegilaan yang tak bertepi, mendongengiku tentang pengalamanmu menaklukkan banyak gunung. Terima kasih telah menjadi tempat sampahku ketika aku sedih, ketika aku terpuruk. Terima kasih untuk banyak hal yang mau kamu bagi denganku. Terima kasih untuk momen perpisahan yang membuatku merasa berarti. Terima kasih untuk kado perpisahan yang kembar dengan Gadis Di Ujung Gedung B9.A. Maaf untuk sendawa yang belum juga sembuh, untuk kamar mandi kotor yang cuma sempat sekali aku bersihkan, untuk alarm yang selalu berteriak di tengah malam sampai berjam-jam. 
  • Restya 
Terima kasih telah menjadi reminder paling setia ketika aku lupa kewajibanku sebagai seorang muslimah, shalat. Terima kasih telah menjadi orang paling khawatir pada aibku dan telah mengepelkannya untukku(merah di lantai kamar mas bram. Terima kasih telah berbagi cerita kepadaku. Maaf untuk moodku yang tiba-tiba cuek dan jutek, maaf telah menyebarkan fakta tentang kamu dan R***t hahaha, maaf untuk banyak hal yang pernah menyakitimu. 
  • Mas Bram Hariartono 
Terima kasih telah mengijinkanku dan menemaniku untuk menonton Ubay yang sangat ganteng dan keren setiap jumat. Terima kasih untuk ejekan dan candaanmu yang berhasil membuatku naik darah. Terima kasih untuk bimbingannya selama bekerja. Terima kasih untuk kamar mandi yang suka sekali aku pakai ketika antrian di kamar mandi pribadiku sedang panjang merayap. Terima kasih telah banyak makan jajananku. Terima kasih yang telah bersusah payah membantuku memperoleh tiket kereta api untuk ke Yogyakarta. Terima kasih untuk banyak hal yang aku sendiri pun lupa untuk mengingatnya. Maaf telah banyak meninggalkan gelas kotor di wastafelmu, meninggalkan remah-remah makanan di lantaimu. Maaf selalu bernyanyi sepanjang pagi di Ruang Staf. Maaf telah menjadi gadis yang merepotkan selama bareng-bareng. 
  • Mas Dian 
Terima kasih telah menjadi kakak yang hobi mengejekku dan menertawaiku ketika aku jatuh dari kursi. Terima kasih selalu menjegal kakiku ketika jalan bareng-bareng. Terima kasih telah sabar memberiku ilmu dan bimbingan. Terima kasih telah menjadi orang yang selalu mengomentariku ketika bernyanyi. Terima kasih telah menjadi kakak yang galak minta ampun. Terima kasih untuk bak yang telah berhasil membuatku basah kuyup di malam hari. Terima kasih untuk banyak momen dan kegilaan yang membuatku tertawa terbahak-bahak. Maaf pernah membuat kandangmu kekurangan pakan. Maaf karena suka iseng menggodamu ketika asik ngobrol dengan cewekmu di handphone. Maaf untuk banyak hal. 
  • Mas Setyo 
Terima kasih telah menjelaskan banyak hal ketika aku baru saja menginjakkan kaki di tempat ini. Terima kasih telah menjadi kakak yang paling sabar dan paling baik. Terima kasih telah banyak membantuku selama bekerja. Terima kasih telah menjadi orang yang paling mengasihiku ketika mas bram dan mas dian bernafsu mengejekku. Terima kasih telah mempersiapkan perpisahan yang sangat berarti. Maaf karena sering membuat jengkel. Maaf karena sering merepotkan. 

      Biarkan untuk sekali ini aku menjadi dramatis bersama ketidakadaanku bersama rutinitas kalian. Semoga tali ini tidak putus begitu saja seiring kekosonganku di antara kalian, semoga kita tidak akan menjadi asing satu sama lain karena ruang dan waktu yang tak lagi sama. Aku sayang banget sama kalian semua. Terima kasih telah menerimaku dengan apa adanya diriku. 


 Dari yang akan selalu merindukan kalian 


 R.A. Safia

Selamat Tahun Baru

Jejak mengais kisah dan langkah. Bumi semakin renta, begitu pula setiap orang yang sedang berpesta pora dalam kawanan kembang api. Bulan demi bulan mengusung cerita yang kadang bernama kadang tak bernama, kadang berpendar kadang meredup. Tahun semakin keropos, dunia sudah mengalami osteoporosis, menanggalkan apapun yang dikandungnya, entah rasa, atau raga barangkali. Aku, kamu, dan kita semua tepat berada di penghujung tahun. Detik berjalan melambat, seluruh mulut bergumam dan menghitung mundur 5-4-3-2, sebelum angka satu mengakhiri bilangan 2013, mantra dan doa telah diaminkan dengan khidmad, dengan khusyu. Tahun yang baru terlahir, membunuh tahun yang lama, semacam seleksi alam. Datang dan pergi, lahir dan mati adalah hal yang lumrah, tapi seluruh kisah dan cerita tak mungkin menguap, ataupun melebur. Selamat Datang Tahun Baru, semoga aku, kamu, dan kita semua menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Amin ~Bandung, 01 Januari 2014~

Selamat Hari Ibu

Gerimis menawarkan lapak yang sering terabaikan ketika waktu hanyalah seperangkat deadline kerja. Tak ada kesempatan untuk merenda nostalgia, untuk menyisihkan sedikit ingatan tentang rupamu yang makin keriput, dan untuk bercengkerama dalam radius ratusan kilometer denga suara parau menahan rindu. Gerimis menyulam sepaket rindu yang getir, yang ingin meluap dan meledak, tapi tertahan oleh jarak. Tiba-tiba ruangan jadi pengap, penuh sesak oleh kenangan dan ingatan. Pelataran rumah yang ditumbuhi rumput liar, engkau jongkok dan memangkasinya dengan garang, aku menikmati punggungmu yang bergerak-gerak dan jilbabmu yg menjuntai ke tanah. Tangan keriputmu menyimpan harap yang tak terucap, melambaikan tangan dan melepasku pergi. Delapan tahun kita mengurai cerita dan kisah di dua tempat yang berbeda, kita punya telepati. Rahimmu menyusupka pelet paling mujarab di dunia, memancing rinduku semakin menggebu. Ibu, aku meraup harap yang tak pernah kau ucap. Aku merangkul cita yang enggan kau pinta. Aku hanya ingin meretas pekat dalam hidupmu, aku hendak memagut gelap yang mengerumuni kisahmu. Semua yang kuupayakan hanyalah untukmu ibu, SELAMAT HARI IBU, terima kasih untuk kesempatan hidup, untuk masa pertumbuhan yang kau sulam untukku, untuk pengorbanan yang tak akan pernah bisa aku ganti. ~Bandung, 22 Desember 2014~

Sebuah Perpisahan

Segelas capuccino blanded menggerayangi kerongkonganku, kental, dingin, dan pilu. Duduk seorang diri dan memunguti perpisahan demi perpisahan yang kita usung. Sedih? pasti! Tak perlu kau ucapkan pertanyaan retoris itu, tapi pertemuan selalu dibayar dengan perpisahan, entah cepat atau lambat. Stasiun makin ramai, penuh sesak oleh manusia yang memulai sebuah pertemuan sebelum dijangkiti perpisahan, atau barangkali mereka pun sedang dirambati sedih karena perpisahan sedang memburu mereka. Inilah perbatasan dunia kita, kamu menjemput perjalanan barumu, aku melanjutkan perantauanku yang entah akan berbelok ataukah tetap lurus. Barangkali saat ini, kamu sedang menawan air mata yang enggan kau pecahkan secara membabi buta, aku pun sepertimu, kita sedang belajar menjadi kuat, belajar mensyukuri hidup, termasuk sebuah perpisahan. Kamu, kamu, dan aku adalah lakon dari teater kehidupan, kita punya peran dan alur atas latar masing-masing. Terima kasih untuk sayang dan cinta yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu yang berbeda, terima kasih sahabat.
 
Copyright 2009 Padang Mimpi