Minggu, 30 Maret 2014

Selamat Hari Ibu

Gerimis menawarkan lapak yang sering terabaikan ketika waktu hanyalah seperangkat deadline kerja. Tak ada kesempatan untuk merenda nostalgia, untuk menyisihkan sedikit ingatan tentang rupamu yang makin keriput, dan untuk bercengkerama dalam radius ratusan kilometer denga suara parau menahan rindu. Gerimis menyulam sepaket rindu yang getir, yang ingin meluap dan meledak, tapi tertahan oleh jarak. Tiba-tiba ruangan jadi pengap, penuh sesak oleh kenangan dan ingatan. Pelataran rumah yang ditumbuhi rumput liar, engkau jongkok dan memangkasinya dengan garang, aku menikmati punggungmu yang bergerak-gerak dan jilbabmu yg menjuntai ke tanah. Tangan keriputmu menyimpan harap yang tak terucap, melambaikan tangan dan melepasku pergi. Delapan tahun kita mengurai cerita dan kisah di dua tempat yang berbeda, kita punya telepati. Rahimmu menyusupka pelet paling mujarab di dunia, memancing rinduku semakin menggebu. Ibu, aku meraup harap yang tak pernah kau ucap. Aku merangkul cita yang enggan kau pinta. Aku hanya ingin meretas pekat dalam hidupmu, aku hendak memagut gelap yang mengerumuni kisahmu. Semua yang kuupayakan hanyalah untukmu ibu, SELAMAT HARI IBU, terima kasih untuk kesempatan hidup, untuk masa pertumbuhan yang kau sulam untukku, untuk pengorbanan yang tak akan pernah bisa aku ganti. ~Bandung, 22 Desember 2014~

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Padang Mimpi