Sabtu, 16 Februari 2013

Kesempurnaan



Dan disinilah aku hidup, dalam sebuah planet yang rutin berotasi 23 jam 56 menit 4 detik dan rajin berevolusi 365¼ hari. Kemudian aku berpikir, bagaimana aku memupuk diri hingga kesempatanku bernafas telah berkurang 22 tahun?bagian otak kiriku reflek bekerja menghitung hari yang telah kuhabiskan dengan bernafas (365 1/4 X 22 = 8.035,5 hari). Barangkali aku beranjak dengan sedikit keegoisan kemudian memelihara keegoisan yang semakin subur, entah kapan aku menyadari bahwasannya egoku terlalu dominan?. Mungkin ketika aku paham bahwa hidup makin sulit, bukan bagiku tapi tentu saja bagi mereka, bagi kedua orang tuaku. Ketika aku paham bahwa mereka semakin amnesia terhadap egoisme diri, bagi mereka semua mimpi mereka terkubur dan melebur ke dalam mimpi anak-anak mereka. Barangkali keinginan mencium  Hajar Aswad ditelan dalam-dalam, dan dihidupkan dalam mimpi sepanjang malam. Suatu hari aku pernah bertanya pada ibu seusai shalat tahajud, "Apakah keinginan terbesar ibu?kelak akan kuwujudkan keinginan itu dengan sempurna". kemudian ibu memandangiku seraya mencium pipiku "jadilah orang yang sukses, bukan hanya untuk dirimu, untuk ibu, atau untuk bapak, tapi juga untuk orang-orang sekitarmu?jadilah apa yang kau inginkan nak, maka itulah keinginan terbesarku, itulah kesempurnaan bagi ibu". Padahal setiap bulan haji datang, ibu selalu berkaca-kaca memandang di layar televisi, terhipnotis dengan ka'bah, tapi ibu akan tetap mengumpulkan selembar demi selembar uang kartal untuk cita-citaku bukan untuk memenuhi keinginannya berangkat haji.  

Dan disinilah aku hidup, menghirup oksigen dengan tambahan sedikit karbondioksida, agaknya bumi menjalani khemoterapi, semakin gundul dan kritis. Aaaah barangkali umur bumi tak mampu menjangkau masa revolusinya atau bahkan tak sempat menjalani periode rotasinya atau ternyata usiaku lah yang terlalu kelelahan mengejar periode perputaran bumi. Suatu saat aku akan menjalani seleksi alam dan suatu waktu nanti aku akan mengalah pada takdir, tak ada lagi kesempatan untuk menghembuskan nafas. Dan apa yang telah kuperbuat untuk orang-orang sekitarku??aku takut menimbangnya, aku takut bahwa ketidakbaikanku lebih berat berjuta-juta ton dibandingkan kebaikanku. Maka jangan lagi menilai kesempurnaan sikap dari cermin sendiri, tapi nilailah kesempurnaan sikap dari cermin orang-orang sekitar. Berbagilah dan bangunlah kebahagiaan untuk orang-orang sekitar, dan senyum merekalah yang sebenarnya menjadi sebuah kesempurnaan. Sebelum nafasku ditarik dan detak jantungku dihentikan, barangkali aku ingin sukses membahagiakan orang-orang di sekitarku, inilah sebuah kesempurnaan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Padang Mimpi