Sabtu, 16 Februari 2013
Persembahan untuk Bunda Retno
Pagi tanpa matahari…. Mendung merangkul cahaya
Ketakutan menyeringai di balik jendela
Kekuatan kakiku membeku
Menyulam keputusasaan penuh hasrat
Tak ada manusia,,,
Aku memakai selendang berlumur mimpi
Mimpi tentang tarian di tengah alam
Luas tanpa jeda,,,,,
Tapi aku menggigil,,menelan hujan di balik kaca transparan
Tiba-tiba aku mencintai ruang pengap ini
Entah aku ingin atau tidak ingin
Kemudian manusia itu berputar di antara petir
Melenggok indah di bawah hujan
Menari tanpa selendang,,,menari tanpa sepatu
Tarian bebas tak ada batas
Aku mengernyip di balik labirin
Aku tak ingin mencintai ruang pengap ini lagi
Engkau menarikku,,,
Kunikmati wajah renta tanpa lelah
“jangan menunggu hujan berhenti, belajarlah menari di tengah badai”
Mendung tetap bergelayut manja pada siang
Angin menderu,,menyambar molekul air
Aku tersungkur tanpa alas,,,
Khusyu, menerjemahkan tabrakan hujan pada epidermis
Letih,,,dingin,,,sakau pada kehangatan
Engkau tetap berputar,,,melentikkan jari,,,
menari tanpa henti
Senyum tak pernah usai,,,rapalan doa tak kunjung selesai,,, engkau menuntun kakiku
Memboikot takut,,,menawan cemas,,,
“Jangan pernah lari,,jangan pernah menghindari hujan,,karena hujan akan segera reda”
Kemudian kita Melenggok indah di bawah hujan
Menari tanpa selendang,,,menari tanpa sepatu
Tarian bebas tak ada batas
Malam melepas petang,,
Menanggalkan mendung,,menyayat gerimis
Gelap dirayapi bulan,,
Langit menggendong ribuan bintang,,
“akhirnya tarian kita berada di tengah cahaya kan?”
sabda lembut yang mulai menua,,
“terima kasih,bunda”
Kemudian kita Melenggok indah di antara temaram cahaya
Menari tanpa selendang,,,menari tanpa sepatu
Tarian bebas tak ada batas
~Jogja,,,ketika perpisahan hanya sebatas memisahkan perjumpaan raga, bukan hati~
By: Rina Anggraeni Safia, 31 Agustus 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar