Awan-awan ini adalah awan yang sama seperti yang setiap hari
kami nikmati di kala fajar menyingsing. Namun, kali ini awan-awan
tersebut memandu rasa yang berbeda, menyodorkan kekuatan yang tak berbatas.
Awan-awan yang beradu dengan sayap-sayap pesawat yang membawa kami ke sebuah
bumi pengabdian, Pulau Sulawesi.
Roda pesawat menjejak aspal landasan dengan tenang, tanpa
goncangan, tapi bukankah perasaanku sudah terlanjur tergoncang dengan
sendirinya? Goncangan yang mengaduk macam-macam emosi hingga aku sendiri susah
payah untuk mengidentifikasi rasa yang bergemuruh dalam diriku. Fix!! Kami
berdiri di Tanah Sulawesi, hendak berbagi dan mengabdi, tidak muluk-muluk untuk
memperbaiki dan menuntaskan segala masalah yang dikandung negara ini, tapi kami
memberikan iuran setahun kesempatan kami bernafas untuk membantu masyarakat
Mandar menyelesaikan masalah pendidikan.
Di luar bandara, orang-orang hebat sedang menanti kedatangan
kami. Orang-orang hebat yang hampir menyelesaikan masa pengabdian mereka di Tanah
Mandar, orang-orang hebat yang telah menyuplai banyak perubahan dan
berkontribusi sebaik-baiknya, orang-orang hebat yang sempat berkomunikasi hanya
melalui media sosial dan pesan pribadi. Saat ini, kami saling bertatap muka dan
aku sendiri menata rasa yang porak-poranda akibat goncangan, membunuh espektasi
yang tercipta dengan sendirinya dalam ruang pikiranku. Orang-orang hebat ini
akan menjadi guide selama 2 minggu ke depan sebelum akhirnya mereka merelakan
kami sebagai pelari terakhir dan melanjutkan perjuangan mereka, terima kasih
untuk 8 Pengajar Muda angkatan VII.
Bandara Hasanuddin, 22 Desember 2014
Rina Anggraeni Safia
0 komentar:
Posting Komentar