Minggu, 30 Maret 2014
Sebuah Perpisahan
Segelas capuccino blanded menggerayangi kerongkonganku, kental, dingin, dan pilu. Duduk seorang diri dan memunguti perpisahan demi perpisahan yang kita usung. Sedih? pasti! Tak perlu kau ucapkan pertanyaan retoris itu, tapi pertemuan selalu dibayar dengan perpisahan, entah cepat atau lambat. Stasiun makin ramai, penuh sesak oleh manusia yang memulai sebuah pertemuan sebelum dijangkiti perpisahan, atau barangkali mereka pun sedang dirambati sedih karena perpisahan sedang memburu mereka. Inilah perbatasan dunia kita, kamu menjemput perjalanan barumu, aku melanjutkan perantauanku yang entah akan berbelok ataukah tetap lurus. Barangkali saat ini, kamu sedang menawan air mata yang enggan kau pecahkan secara membabi buta, aku pun sepertimu, kita sedang belajar menjadi kuat, belajar mensyukuri hidup, termasuk sebuah perpisahan. Kamu, kamu, dan aku adalah lakon dari teater kehidupan, kita punya peran dan alur atas latar masing-masing. Terima kasih untuk sayang dan cinta yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu yang berbeda, terima kasih sahabat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar