Mencintaimu adalah serupa memandangi bintang di langit, ritual yang sanggup kulakukan tiap malam menyergap perlahan, ketika mendung enggan berlalu lalang. Aku mengagumimu dari sisi terjauhku, kubiarkan rutinitas ini menjadi candu yang tak terobati. Aku tak pernah menyangkal pilihan kita untuk membebaskan diri kita masing-masing, namun aku tak pernah sanggup untuk membiarkan perhatianku lepas dari sosokmu. Kemudian aku mulai terbiasa memberi tanpa menerima, atau bahkan aku mulai menerima untuk tersakiti dengan hanya memperhatikanmu dan duniamu. Aku mencintaimu, mencintai apa yang ada pada dirimu, dan mencintai apa yang kulakukan untuk dirimu.
Waktu mengalir pelan-pelan, aku sekarat dengan ekspektasi yang belum pasti. Kemudian aku menyadari duniaku sendiri semakin kerontang, aku membiarkan duniaku hilang hanya dengan menikmati duniamu dari jauh. Aku mulai menyadari bahwa aku telah menutup banyak pintu untuk dicintai dan mencintai kembali, aku hanya menunggu pagi segera tiba dan membawamu pulang kembali. Aku bangun dan tersadar, kamu sekarang seperti bayangan, seperti sejarah, dan aku letih untuk menikmati semua bayangan dan sejarah ini. Maafkan untuk keletihanku, aku menyerah dan melepasmu serta duniamu. Aku belajar untuk kembali melangkah dan menapaki apa yang dipersiapkan Tuhan di depanku. Aku tak mampu lagi menoleh ke belakang dan menikmati seluruh sejarahmu.
Musim merangkak tertatih dan membawa angin baru, menurunkan hujan untuk kekeringan duniaku. Perlahan-lahan kututup pintu belakang dan mulai kubuka pintu depan. Barangkali dia belum memiliki cinta ini, belum memiliki perhatian ini, tapi aku sedang belajar mengkonversikan seluruh cinta dan perhatian pada masa depan, pada dirinya. Dia tak seperti bayangan, dia sebuah kenyataan dalam duniaku, dia bukan sejarah, dia menawarkan kepastian masa depan kepadaku. Dia mengagumi dan mencintaiku karena Tuhan. Dan dialah yang telah kupilih sebagai pendamping hidupku atas restu Tuhan. Aku paham satu hal sekarang, orang yang kita cintai ternyata tak selalu menjadi orang yang tepat bagi kita dan masa depan kita. Semoga kebahagiaanku tak sepenuhnya menjadi kepunyaanku sendiri, tapi mampu menjadi bahagiamu juga. Terima kasih untuk sebuah sejarah indah yang pernah sudi kau bagi denganku, dahulu.
~Saat pilihanku adalah meninggalkan bayangan dan sejarah tentangmu~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar